Kamis, 25 Agustus 2011


Tugas Bahasa Indonesia
Meresensi Buku Yang Berjudul
Ajari Aku


Disusun Oleh :
Raden Rara Titis Rahmawati
I-A / Pendidikan Bahasa Inggris ( PBI )
09211210085


UNIVERSITAS IBN KHALDUN
Jl. KH. Sholeh Iskandar KM 2 Bogor
2011

Kata Pengantar
Buku ini adalah buku keempat yang saya susun, juga dengan harapan dapat menjadi sumber inspirasi bagi para orang tua dalam mengasuh anak. Sejak buku pertama hingga buku ketiga diluncurkan, saya terlibat dalam beberapa acara berbagai pengalaman dengan para orang tua dan guru di berbagai tempat. Keluhan-keluhan orang tua seputar perilaku negatif anak-anaknya yang berhasil saya kumpulkan, saya pelajari lebih lanjut dengan bantuan teman-teman yang berprofesi di bidang psikologi anak, ditambah dengan masukan dari berbagai buku dan pengalaman kerabat serta sahabat, bahkan anak. Akhirnya tersusunlah buku yang berisi solusi praktis menghadapi berbagai perilaku anak ini.
Buku ini diberi judul “Ajari Aku”, karena umumnya anak-anak berperilaku negatif akibat belum memahami bagaimana berperilaku positif. Orang tualah yang bertugas mengajarkan anak-anaknya, seperti apa dan bagaimana caranya. Anak juga perlu tahu mengapa penting baginya berperilaku positif.
Rasa cinta dan kesabaran orang tua yang disempurnakan dengan pengetahuan tentang pengasuhan anak-anak akan menciptakan sebuah kehidupan yang indah bagi mereka, kini dan nanti. Dengan rasa cinta pula saya menyusun buku ini untuk anda semua.
Bogor, Desember 2009

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………                        i
Daftar Isi ………………………………………………………………………..…                      ii
BAB I    PENDAHULUAN ………………………………………………………                     1
1.2 Harapan Pembaca …………………………………………………...                       2
1.3 Fisik Buku …………………………………………………………...                      3
1.4 Biografi Penulis ……………………………………………………..                       4
BAB II  PERILAKU ANAK DALAM KELUARGA ……………………………                    5
               2.1 Lengket ……………………………………………………………...                      5
               2.2 Cemburu Pada Adik ………………………………………………....                      7
               2.3 Bertengkar …………………………………………………………...                     9
               2.4 Membantah OrangtuA …………………………………………........                    11
               2.5 Rewel di Perjalanan ………………………………………………....                     13
BAB III PERILAKU ANAK DALAM KESEHARIAN …………………………                 16
               3.1 Semua di Sentuh ……………………………………………………                     16
               3.2 Tidak Mau Makan …………………………………………………..                     18
               3.3 Bangun Malam ……………………………………………………...                     20
BAB IV PERILAKU ANAK KETIKA BERINTERAKSI DENGAN ORANG LAIN                22
               4.1 Malu-malu ……………………………………………………….....                      22
               4.2 Jahil ………………………………………………………………...                      23
               4.3 Bohong ……………………………………………………………..                      24
BAB V   PERILAKU ANAK DALAM MENGEKSPRESIKAN SESUATU ….                   25
               5.1 Mengamuk …………………………………………………………                       25
               5.2 Merusak Barang ……………………………………………………                      26
               5.3 Merengek ……………………………………………………………                     27
               5.4 Merajuk ……………………………………………………………...                    28
               5.5 Tidak Sabar ……………………………………………………….....                    28
BAB VI  KEKUATAN DAN KELEMAHAN ISI BUKU …………………….....                  30
               6.1 Kekuatan Isi Buku …………………………………………………..                    30
               6.2 Kelemahan Isi Buku …………………………………………………                    30
               6.3 Perbandingan Isi Buku ………………………………………………                    30
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………...                   32
               7.1 Kesimpulan ………………………………………………………….                     32
               7.2 Saran …………………………………………………………………                    32
PENUTUP ………………………………………………………………………...                    33
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..                    34


BAB I
Pendahuluan
Mengasuh dan mendidik bukanlah tugas yang mudah. Hidup bersama anak-anak kecil memang menyenangkan, tetapi juga bisa menciptakan rasa frustasi jika kita tidak tahu persis apa yang harus kita lakukan. Anak-anak seringkali melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan.
Anak-anak umumnya punya cara dan cukup lihai untuk mengakali orang tua demi mendapatkan keinginannya. Saat kecewa karena tidak berhasil mendapatkan keinginannya, mereka beraksi hingga membuat kita merasa frustasi. Sebagai orang tua kita tidak mungkin memberikan semua yang diinginkan anak. Justru anak harus belajar bagaimana menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan seperti gagal mendapatkan yang diinginkan, karena dalam kehidupan nyata hal seperti itu akan dialaminya. Terkadang kita harus membuat anak “ kecewa “ demi kebaikan mereka sendiri.
Anak-anak tidak terlahir dengan kemanpuan berperilaku positif. Orang tualah yang harus tahu bagaimana menangani perilaku negatif, membangkitkan perilaku positif, dan mengatasi akal-akalan mereka. Yang penting, orang tua menyadari pentingnya menjaga harga diri anak selama menghadapi semua aksi mereka yang membuat kita jengkel, walau jengkel setengah mati sekalipun.


1.2 Harapan Pembaca
            Saya meresensi buku ini untuk melengkapi kekurangan yang ada di buku ini dan agar buku ini lebih sempurna. Harapan saya buku ini dapat memberikan solusi-solusi yang lebih banyak lagi mengenai tingkah laku anak yang menjengkelkan. Karena buku ini sangat menarik dan bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi ibu-ibu yang mempunyai anak yang nakal. Selain itu agar penulis dapat lebih kreatif dalam menuliskan ide-idenya.

1.3  Fisik Buku
·         Judul Buku                  : Ajari Aku
·         Karya                          : Julisca Gracinia
·         Ilustrator                     : Jayeng Hadiutama
·         Tahun Terbit                : 2005
·         Penerbit                       : PT. Elex Media Komputindo
·         Cetakan                       : PT, Gramedia-Jakarta
·         Ukuran Buku              : 14x21
·         Jumlah Halaman          : 166

1.4  Biografi penulis
Juliska Gracinia, ibu rumah tangga yang telah terjun dalam dunia tulis menulis tentang anak dengan buku pertamanya “ Mengasuh Anak Tunggal ”, buku kedua “ Belajar di Rumah ”, buku ketiga “ Ada Apa Denganmu Sayang ? ”, dari penerbit yang sama.
Buku ini merupaakan bukunya yang keempat. Kepedulian terhadap dalam peran orang tua dalam pendidikan anak-anak menghantarkannya untuk menulis buku panduan praktis bagi para orang tua untuk membimbing anak-anaknya di rumah.
Buku ini diberi judul “Ajari Aku”, karena umumnya anak-anak berperilaku negatif akibat belum memahami bagaimana berperilaku positif. Orang tualah yang bertugas mengajarkan anak-anaknya, seperti apa dan bagaimana caranya. Anak juga perlu tahu mengapa penting baginya berperilaku positif.
Rasa cinta dan kesabaran orang tua yang disempurnakan dengan pengetahuan tentang pengasuhan anak-anak akan menciptakan sebuah kehidupan yang indah bagi mereka, kini dan nanti. Dengan rasa cinta pula saya menyusun buku ini untuk anda semua.



BAB II
PERILAKU ANAK DALAM KELUARGA
2.1 Lengket
Sekitar usia 8 bulan, seorang bayi mulai mengembangkan rasa dan arti siapa dirinya dan siapa orang tuanya. Perilaku yang lengket tak mau ditinggal atau berpisah dengan orang tua adalah salah satu proses pertalian antara anak dan orang tua. Seiring pertambahan usianya, anak-anak mungkin saja tetap menggunakan perilaku itu untuk mendapatkan kepastian rasa aman yang dibutuhkannya.
Cara mencegah :
§  Latih anak ditinggal dengan pengasuh pengganti
Sekali-kali tinggalkan anak dengan pengasuh atau anggota keluarga lain sebentar saja (sekitar 1 jam) di usianya sedini mungkin.
§  Tunjukkan sikap positif
Sampaikan bahwa kita bangga ia bias bermain dengan yang lain dan beri sugesti bahwa bermain dengan yang lain bisa sangat mengasyikkan.
§  Beritahua anak apa yang akan dilakukan orang tua dan dirinya
Anak berhak tau kemana orang tuanya akan pergi, apa yang akan dilakukan ayah ibunya, dan berapa lama ia harus menunggu. Jelaskan juga apa saja yang dapat dilakukannya selama itu.
§  Yakinkan anak, kita akan kembali kepadanya
Jangan lupa katakan bahwa kita akan kembali. Membohongi anak, berarti mempersulit diri sendiri. Kalaupun terpaksa tidak tepat waktu, usahakan menghubungi anak untuk meyakinkan dia bahwa kita selalu ingat kepadanya.

§  Persiapkan kegiatan anak selama pergi
Terutama jika anak ditinggal bersama pengasuh, berikan alternative permainan agar pengasuh tidak kehabisan akal menghadapi kebosanan anak menunggu.
§  Tidak pernah menghilang
Hindari pergi meninggalkan anak tanpa sepengetahuannya.jika membuatnya kaget dengan tiba-tiba menghilang, anak menjadi selalu takut jangan-jangan orang tuanya akan tiba-tiba menghilang lagi.
Cara mengatasi :
§  Persiapkan diri menghadapi situasi itu
Tenangkan diri dan yakinlah semua ini akan berakhir, dan anak pasti dapat mengatasi dirinya selama ditinggal pergi.jangan memperlihatkan rasa jengkel, marah, ataupun sedih ketika anak menolak ditinggal pergi apalagi menghukumnya.
§  Mulailah melakukan suatu kegiatan di rumah terpisah dari anak
Sediakan waktu bagi diri sendiri dan anak untuk melakukan kegiatan masing-masing secara terpisah. Biarkan anak bermain menikmati saat-saat seorang diri.
§  Berikan banyak pelukan dan ciuman selama di rumah
Selama orangtua berada di rumah, berikan banyak pelukan dan ungkapan cinta lainnya untuk mencegah anak merasa diabaikan dan menguruangi kebutuhannya untuk meminta perhatian dengan menahan kepergian orang tuanya.
§  Beri pujian setiap kali anak berhasil menahan diri
Lakukan langkah-langkah seperti pada langkah pencegahan. Pujilah setiap kemajuan kecil yang berhasil dilakukannya.
2.2 Cemburu kepada Adik
Sebelum kelahiran bayi yang baru, umumnya setiap orang tua sudah menyadari masalah yang mungkin timbul dengan ank pertamanya. Sedapat mungkin mereka mengantisipasi masalah. Namun demikian, orang tua tetap saja kerepotan ketika anak pertama mereka melancarkan berbagai aksi sebagai ungkapan kecemburuan kepada adik barunya.
Bagi anak, membagi perhatian orang tuanya dengan pendatang baru sangat mengerikan. Sebelumnya semua perhatian dan kasih sayang orang tua hanya untuk dirinya seorang.
Cara mencegah :
§  Siapkan mental anak sejak adik bayi masih dalam kandungan
Sudah lama para ahli menyarankan untuk mengenalkan adik kepada calon kakak sejak adik masih dalam kandungan. Ajak anak turut merasakan tendangan bayi dalam perut, minta pendapatnya ketika memilih perlengkapan bayi yang akan di beli, ajak anak melihat-lihat panduan cara-cara merawat bayi.
§  Buat anak tetap merasa istimewa
Ketika bayi hadir di rumah, segera perkenalkan pada kakaknya. Jangan lupa untuk mengingatkan kepada para tamu akan keberadaan sang kakak dan beri kesempatan kepadanya untuk turut menyapa dan disapa tamu.
§  Ajak anak terlibat
Misalnya saat kita akan mengganti popok bayi, mintalah bantuan untuk mengambilkan popoknya, atau mengajak bicara dan menghibur adik bayi.
§  Ingatkan kenangan ketika anak masih bayi
Tunjukan kepada sang kakak foto-foto ketika ia masih bayi. Ceritakan pula apa yang di alami adik bayi juga di alami sang kakak ketika masih bayi.
 2.3 Bertengkar
Mengajarkan perilaku yang baik kepada anak bukanlah tugas jangka pendek. Permasalahan hidup terus berkembang sehingga satu keberhasilan harus terus didukung dengan upaya berikutnya untuk mencegah masalah lain yang mungkin timbul. Semua anak dilahirkan dengan kapasitas berempati, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami situasi, perasaan, dan motivasi orang lain. Kemempuan empati anak-anak belum berkembang sepenuhnya. Mereka masih harus banyak belajar. Jadi kita memang harus banyak mengajarkan. Walaupun anak-anak sebenarnya saling menyayangi dengan saudara kandungnya, tetapi tidak dapat dipungkiri jika tetap ada unsur persaingan dalam kehidupan mereka. Persaingan alami karena ingin menjadi yang istimewa bagi kedua orang tua. Semakin kecil perbedaan usia anak semakin tinggi tingkat persaingannya.
Cara mencegah :
§  Pertajam empati anak
Ajarkan kepada anak yang lebih kecil bagaimana menghormati kakaknya, ajarkan kepada anak untuk mengidentifikasi situasi dan perasaan saudaranya. Sebaliknya, ajarkan kepada yang lebih tuanbagaimana memahami perilaku adiknya.
§  Beri kesempatan kepada masing-masing anak sesuai dengan potensinya
Setiap anak memiliki minat masing-masing. Jika anak memiliki minat berbeda, tidak perlu memaksakan suatu kegiatan kepada anak yang tidak menyukainya hanya demi mempermudah pengawasan.
§  Beri mereka kesempatan menyelesaikan masalah antar mereka
Jika terjadi suatau masalah, jangan terlalu cepat turut campur. Biarkan merekamenyelesaikannya sendiri. Kita hany aperlu memberikan panduan, misalnya dalam perbincangan keluarga di meja makan. Kita turun tangan jika terjadi pertentangan fisik, untuk menghindari ada yang cedera.
Cara mengatasi :
§  Antisipasi masalah
Temukan dan kenali potensi konflik antar anak. Cari pola-pola kejadian yang tidak diinginkan. Perhatikan apa yang berulang kali menjadi sumber pertengkaran mereka.
§  Tidak berat sebelah
Jangan cenderung membebani satu pihak (biasanya kakak) atas segala keramahan adiknya.
§  Tidak merespon pengaduan
Anak-anak cenderung mengadukan lawannyakepada orang tua sebagai pelindung mereka, dengan tujuan untuk mendapatkan posisi yang lebih istimewa.abaikan pengaduan anak, apalagi menanyakan siapa yang memulai.
§  Beri pilihan bertengkar atau bersenang-senang
Ketika anak-anak bertengkar dan sulit dihentikan, beri mereka pilihan. Misalnya ketika akan pergi berlibur dan mereka bertengkar, segera ajukan pilihan : terus bertengkar dan rencana berlibur dibatalkan atau tidak ada pertengkaran dan berlibur bersama. Sikap konsisten sangat dibutuhkan.
§  Jelaskan batas-batas dalam bercanda
Anak belum tahu batas-batas bercanda yang bias menimbulkan perasaan kesal atau merugikan orang lain. Anak juga belum bias membedakan kapan saat yang baik untuk bercanda.

2.4 Membantah Orang Tua
Kata-kata anak yang kasar sering menyakitkan hati. Tanpa kata-kata yang kasar pun, tidak enak rasanya dibantah oleh anak. Kita tahu, anak berhak mempunyai keinginan, tetapi bukan berarti ia berhak membantah dengan kasar.
Membantah dengan kasar dipelajari anak-anak ketika perilaku seperti itu dipertontonkan kepada mereka. Semakin terbatas kesempatan anak untuk mendengar kata-kata dan cara bicara yang tidak baik, semakin sedikit kemungkinan anak akan berperilaku demikian. Ajari anak bagaimana cara yang baik dan sopan.
Cara mencegah :
§  Bicaralah kepada anak dengan cara seperti yang kita ingin lakukan
Ajarkan kepada anak bagaimana menggunakan kata-kata seperti “terima kasih”, “maaf”, “tolong”, “bolehkah”, “permisi” dan bahasa santun lainnya dengan menggunakannya ketika berbicara kepada anak.
§  Awasi pergaulan anak,media, dan cara bicara anggota keluarga, termasuk orang tua
Minimalkan kesempatan anak mendapatkan contoh yang kurang baik dari media, teman bergaul, orang-orang disekitarnya, termasuk dari mulut kita sendiri. Apa yang didengar anak akan keluar dari mulutnya.
Cara mengatasi :
§  Tunjukkan bagaimana seharusnya
Boleh saja anak menolak permintaan kita atau pun punya pendapat lain, tetapi ia harus menyampaikannya dengan cara yang baik.
§  Abaikan bantahannya
Usahakan untuk tidak merespon bantahan atau perlawanannya, betapa pun sakitnya perasaan kita. Berpura-pura saja tidak mendengar dan tinggalkan dia jika kita merasa gusar.
§  Puji ketika ia bicara dengan cara yang baik
Ketika anak bicara dengan cara yang baik, segera katakana : “Mama suka cara kamu menjawab dengan baik. Hati Mama jadi senang.”

2.5 Rewel di Perjalanan
Sia-sia rasanya kita menyenangkan anak jika hasilnya hanya drama-drama klise. Tampaknya perjalanan itu bukanlah sesuatu yang berharga bagi mereka.
Bagi orang dewasa, perjalanan adalah saat-saat melepas ketegangan dan rutinitas. Waktu yang ditunggu-tunggu untuk relaksasi. Dalam perjalanan panjang pun bayak yang dapat kita nikmati. Bagi anak-anak kecil, bagaimanapun perjalanan berarti pengorbanan. Kenyamanan dalam rumah, seperti mainan kesayangan, makanan kesukaan, bantal dan selimut, perhatian penuh dari orang tua, bias jadi tidak mereka dapatkan. Itulah pengorbanan mereka. Itu pula sebabnya, mereka mudah kecewa jika tujuan perjalanan tidak seperti yang mereka bayangkan. Terlebih lagi jika harus melalui kemacetan, berarti waktu ‘terkurung’ semakin panjang lagi.
Cara mencegah :
§  Pastikan semua kebutuhan anak sudah tersedia
Jangan sampai ada yang tertinggal, khususnya semua kebutuhan anak. Lebih baik menyediaka lebih daripada tidak tersedia saat dibutuhkan.
§  Bawa barang kesayangannya
Ijinkan anak membawa mainan kesukaanya atau apa saja yang bias menghibur ketika merasa bosan.
§  Berikan gambaran tentang perjalanan itu sebelumnya
Jelaskan tujuan perjalanan, seperti apa tempat yang dituju, berapalama perjalanannya, kapan akan tiba ditujuan, dan kapan akan kembali kerumah. Yang terakhir juga penting, karena bagi anak-anak, perhatian dan kebersamaan dengan orang tuanyalah yang paling berharga.
§  Ajak anak terlibat dalam persiapan perjalanan
Semakin anak merasa terlibat, ia akan semakin menikmati perjalanan. Anak akan merasa menjadi bagian dari acara bersama itu.
Cara mengatasi :
§  Beristirahat sesering mungkin
Anak-anak tidak akan tahan dengan kegiatan dan suasana yang monoton. Berhentilah di beberapa tempat untuk istirahat.
§  Hindari makanan kecil yang banyak mengandung gula, karbohidrat, dan garam
Hindari makanan kecil yang abnyak mengandung gula dan karbohidrat, karena semakin meningkatkan energy dan keaktifan anak. Makanan bergaram tinggi membuat anak cepat merasa haus dan cepat lelah. Lebih baik sediakan makanan yang kaya akan protein, karena akan cenderung membuat anak sehat dan gembira.
§  Ciptakan permainan-permainan yang meghibur
Menghitung mobil tertentu yang berpapasan, mengenal warna, melihat binatang, mencari tulisan, bias menjadi kegiatan yang menghibur.
§  Jaga suasana agar tetap menyenangkan.
Bukan tidak mungkin suasana berubah akibat ulah kita sendiri. Perdebatan dengan pasangan yang menimbulkan ketegangan kedua pihak bisa menularkan kegelisahan kepada anak.jadi pertahankan suasana yang menyenangkan, abaikan dulu hal-hal kecil yang mungkin mengganggu.









BAB III
PERILAKU ANAK DALAM KESEHARIANNYA
3.1 Semua Disentuh
Anak-anak berusia 1 tahun sangat suka bereksplorasi dengan seluruh bagian tubuhnya mulai dari kai hingga gigi. Menginjak usia 2 tahun, mereka mulai bereksplorasi dengan berbagai benda di sekitarnya tanpa mengerti batasan mana yang berbahaya dan man yang tidak. Rasa ingin tahu yang besar dan imajinasi mereka mendorong mereka melakukannya. Kitalah yang harus mengajari dan memberikan batasan agar pemenuhan rasa ingin tahunya tidak merugikan siapapun.
Cara mencegah :
§  Pastikan lingkungan rumah aman bagi anak
Pintukeluar selalu ditutp, pintu lemari terkunci, tutp bagian rumah yang berhubungan dengan listrik. Simpan peralatan dapur ditempat yang tidak terjangkau anak.
§  Jauhkan barang berharga dari jangkauan anak
Lebih baik pindahkan saja barang-barang yang mahal ke tempat aman daripada repot terus menerus melarang anak menyentuhnya. Jika kita bereaksi marah, anak cenderung mengulangi karena ia melihat bisa mendapatkan perhatian dari perilakunya itu.
§  Berikan batasan dengan jelas
Biarkan anak diberi aturan yang jelas, seperti tidak boleh keluar pintu pagar tanpa sepengetahuan orang tua dan sebagainya.
Cara mengatasi :
§  Beri anak teguran dengan nada suara yang tenang tapi tegas
Tetaplah konsisten dengan aturan yang dibuat dan tegur anak setiap kali melanggar. Cukup dengan suara yang tenang tetapi jelas dan singkat.
§  Ajarkan anak untuk menikmati beberapa hal dengan matanya
Anak belajar memahami fungsi hiasan yang memang dibuat untuk dinikmati dengan mata. Ini juga dapat melatih anak untuk bereksplorasi dalam suatu batasan dan mengontrol rasa ingin tahunya.
§  Buat aturan selama berkunjung
Sebelum mengunjungi rumah sanak keluarga dan teman-teman, ajak anak bicara tentang apa yang boleh dan yang tidak. Siapkan diri untuk menjawab pertanyaan jika anak banyak bertanya.
§  Puji anak jika mengikuti aturan
Katakana kepadanya betapa kita bangga melihatnya tidak melanggar aturan. Perhatian yang diberikan berupa pujian mengajarkan anak bahwa ia akan mendapat perhatian jika tidak melanggar aturan, bukan sebaliknya.
§  Hindari hukuman
Pemberian hukuman, selain membuat anak takut mengembangkan imajinasi dan rasa ingin tahunya, yang sebenarnya sangat berharga untuk proses pembelajarannya kelak.
3.2 Tidak Mau Makan
Makanan bergizi sangat penting bagi pertumbuhan anak. Itulah sebabnya umumnya orang tua khawatir jika anak-anaknya tidak mau makan.
Anak usia di bawah 6 tahun terlalu sibuk untuk membuang waktu yang ada hanya untuk makan. Begitu banyak hal di dunia sekitarnya yang sangat menarik baginya, sedangkan makan terasa sangat membosankan hamya duduk bermenit-menit menatap dan mengunyah makanan.
Cara mencegah :
§  Hati-hati dengan kebiasaan sendiri
§  Pelajari berapa banyak makanan yang sesuai dengan usia dan berat badan anak
§  Perkenalkan pada aneka jenis makanan
§  Latih anak makan di meja makan dengan waktu yang teratur sejak dini.
Cara mengatasi :
§  Makansedikit tetapi lebih sering
§  Biarkan anak memilih makanannya
§  Buat banyak variasi
§  Alihkan perhatiannya dari makanan
§  Taham diri untuk tidak memaksa
§  Jangan marah ketika anak tidak mau makan
§  Puji anak ketika ia masih mengunyah
3.3 Tidak Mau Tidur
Anak-anak membutuhkan waktu untuk tidur yang cukup, karena tidur adalah cara beristirahat yang paling efektif. Semakin bertambah usia anak, semakin berkurang waktu tidur yang dibutuhkannya.
Anak-anak usia 4-6 tahun sangat aktif dan energik. Mereka serimg melakukan apa saja untuk menghindari kegiatan tidur, baik malam maupun siang. Mereka rewel, bermain, berlarian, minta makan, ingin minum susu, atau apa saja untuk menghindari waktu tidur. Ajari anak untuk melakukan kegiatan yang sangat aktif pada pagi hingga ore hari dan secara perlahan mengurangi aktivitas yang membutuhkan banyak energy. Seiring dengan pertambahan umurnya,jumlah waktu tidur anak akan berubah.
Cara mencegah :
§  Tetapkan jamtdur untuk anak-anak
§  Ciptakan upacara sebelum tidur
§  Buat aktivitas yang menguras energinya
§  Pertahankan jadwal tidur yang teratur
§  Berikan cukup banyak waktu untuk anak sebelum tidur
Cara mengatasi :
§  Ingatkan jadwal tidur kepada anak sebelum waktu tidur tiba
§  Jika tertunda, jangan berubah
§  Beri penghargaan jika anak merespon positif
§  Jangan biarkan anak yang mengendalikan waktu tidur
§  HIndari suasana hati yang tidak menyenangkan menjelang tidur
§  Cari tahu apakah ada hal lain yang ingin diungkapkannya.
3.4 Bangun Malam
Jika kondisi kesehatan anak dalam keadaan tidak baik, seharusnya tidak ada masalah dengan tidurnya.
Beberapa anak kadang terganggu tidurnya dan bangun di tengah malam. Umumnya anak mengalami sesuatu yang tidak nyaman. Bias rasa takut akan sesuatu, terasa ingin buang air kecil, terasa haus atau lapar, kepanasan atau kedinginan, atau kegelisahan seperti baru saja dimarahi orang tua sebelum tidur. Jika situasi tidak segera diperbaiki, bangun malam akan menjadi kebiasaan, bekerja seperti jam weker dalam tubuhnya. Dengan kata lain, terjadi perubahan waktu tidur pada anak. Akibatnya anak kurang tidur dan mempengaruhi kesehatan dan mood anak sepanjang hari.
Cara mencegah :
§  Jangan biarkan anak menyaksikan tayangan yang menegangkan sebelum tidur
§  Kamar tidur tidak terang benderang
§  Pastikan pakaian dan tempat tiidur nyaman bagi anak
§  Ciptakan rasa aman.

Cara mengatasi :
§  Jangan nyalakan lampu
§  Ajak ke toilet
§  Tangani anak dengan lembut tanpa bicara
§  Melatih relaksasi.



BAB IV
PERILAKU ANAK KETIKA BERINTERAKSI DENGAN ORANG LAIN
4.1 Malu-malu
Jika anak kita pemalu, ingatlah bahwa kita tidak sendiri. Jutaan orang tua di dunia ini mengalami hal serupa.
Ada anak yang rasa ingin tahunya nyaris terkendali, mereka lebih suka langsung melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhannya. Malu-malu bukanlah suatu masalah. Ketika sikap itu sangat menonjol dan mengganggu kemampuan anak dalam menjalin hubungan pertemanan atau berpartisipasi dalam kegiatan social anak, barulah menjadi masalah. Latihan sosialisasi dapat membantu anak mengurangi sifat malu dan meningkatkan rasa percaya diri.
Cara mencegah :
§  Jadilah contoh bagi anak
§  Tetapkan harapan dan tujuan realistis
§  Terima anak apa adanya
§  Beri pujian.
Cara mengatasi :
§  Latih anak menjawab pertanyaan
§  Latih anak menjawab sapaan dan menyapa orang lain
§  Perkenalkna anak setiap bertemu dengan orang yang baru ditemuinya
§  Lebih baik tidak memaksa
§  Jangan mempermalukan anak.
4.2 Jahil
Perilaku anak yang suka menjahili temannya sering membuat kita malu. Apalagi jika banyak orang tua dan guru yang mengeluhkan hal itu kepada kita. Sementara kita sendiri bingung apa yang harus dilakukan.
Umumnya penyebab perilaku jahil kepada anak adalah masalah perhatian. Anak merasa dirinya tidak mendapat perhatian yang cukup. Bias juga ia disepelekan dan takut kehilangan peran dalam lingkungannya. Dengan berbuat jahil, anak ingin menyampaikan pesan bahwa dirinyan harus diperhitungkan keberadaannya dan membuktikan bahwa dia dapat melakukan sesuatu untuk dapat perhatian. Dalam pandangannya, ia tidak layak untuk disalahkan. Semua teguran dan hukuman dianggapnya sebagai upaya menekan dan memojokkan dirinya, sehingga ia cenderung untuk melawan dan mengulangi perbuatannya.
Cara mencegah :
§  Ajari anak menghargai orang lain
§  Pendekatan kasih saying
§  Membangun empati
§  Melatih bergaul
Cara mengatasi :
§  Bersabarlah
§  Jangan kucilkan anak
§  Responsive terhadap perasaan anak
§  Alihkan perhatian anak
§  Tidak membalas.
4.3 Bohong
Biasanya orang tua mempunyai kepekaan yang cukup kuat untuk mendeteksi adanya kebohongan pada kata anak-anak.
Berbohong adalah sinyal berikutnya dari keinginan anak untuk tidak tergantung kepada orang lain. Ada 2 macam kebohongan anak. Pertama, membuat cerita sendiri agar orang lain terkesan kepadanya. Kedua, berbohong untuk menghindari tugas atau masalah bagi dirinya. Misalnya mengelak bahwa ia yang memecahkan sesuatu, mengelak telah memukul temannya, atau mengatakan tidak ada PR agar boleh bermain. Berbohong memang bukan perilaku terpuji, tetapi ank berbohong bukanlah sebuah bencana besar bagi keluarga kita. Itu tidak berarti anak tidak mencintai


BAB V
PERILAKU ANAK KETIKA MENGEKSPRESIKAN SESUATU
5.1 Mengamuk
Banyak anak yang suka atau setidaknya pernah mengamuk. Jika anak mengamuk lebih dari 3 kali sehari selama beberapa hari, mintalah bantuan ahli.
Mengamuk umumnya adalah ungkapan perasaan frustasi yang dirasakan anak. Seorang anak yang harus menunda kepuasannya seringkali menahan rasa kecewa dan marah. Persaan marah ditambah dengan perasaan diabaikan atau disepelekan akhirnya membuatnya frustasi. Reaksi takut, panik, malu dan bingung yang dialami orang tua pada saat menghadapi anakmengamuk, ditangkap sebagai sinyalkeberhasilan aksinya.
Cara Mencegah :
§  Ajari anak bagaimana mengendalikan rasa marah
Tunjukkkan kepada anak bagaimana kita dapat mengendalikan rasa marah tanpa harus berteriak atau menjerit marah. Selain itu, latihlah anak berfikir positif dan realistis, serta bantu anak menemukan dan memecahkan suatu masalah.
§  Pujilah jika anak bersikap tenang ketika merasa frustasi
Kemampuan anak mengendalikan marah dengan tenang membuat anak merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Anak akan mengulangi cara positif jika kita menghargainya.
§  Temani anak bermain
Dengan menemaninya atau memperhatikan kegiatan apa yang sedang ia lakukan, kita dapat menagntisipasi keadaan dan siap membantunya jika anak mulai menampakkan rasa frustasi dengan mainan-mainannya.
            Cara Mengatasi :
§  Tolak perilaku anak
§  Jangan bereaksi berlebihan
§  Jangan menjelaskan apapun saat anakmengamuk
§  Beri penjelasan jika kemudian kita mengubah keputusan
5.2 Merusak Barang
Bagi anak-anak usia 1-3 tahun tidak ada bedanya  antara kegiatan kreatif dan kegiatan merusak. Tidak ada bedanya nilai secarik kain dengan gorden indah di ruang tamu. Tidak ada bedanya nilai selembar kertas dengan lantai dan dinding yang begitu luas di dalam rumahnya. Anak-anak hanya merasa tertarik dan ingin mencoba melakukan sesuatu terhadap barang itu. Kecuali jika kita sudah mengarahkannya sejak awal, sebelum anak menginjak usia 1 tahun.
Cara mencegah :
§  Sampaikan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh sedini mungkin
§  Sediakan makanan yang cukup kuat untuk diteliti anak
§  Beri anak berbagai benda yang dapat dipakai dan disobek
§  Komunikasikan aturan bermain
§  Awasi anak bermain dan tetaplah konsisten
Cara mengatasi :
§  Ajarkan anak untuk bertanggung jawab
§  Kendalikan rasa marah
§  Tumbuhkan rasa memiliki
5.3 Merengek
Seringkali kita mengalah jika mendengar suara yang tidak nyaman didengar. Padahal tanpadisadari, kita sudah menghadirkan anak yang suka merengek dalam kehidupan kita.
Rengekan adalah bentuk lain dari keluhan. Penyebab utamanya adalah tuntutan agar permintaannya dipenuhi. Anak yang dibiarkan suka merengek akan tumbuh menjadi orang dewasa yang suka mengeluh, suka menggerutu, dan tak pernah puas. Keluhan bersumber dari bagian diri yang tidak mampu berbuat apa-apa dan berharap orang lainmelakukan untuknya.
Cara mencegah :
§  Beri perhatian saat ia bersikap baik
§  Pastikan kebutuhan anak terpenuhi
§  Jangan lampiaskan kekesalan pada anak
Cara mengatasi :
§  Ajarkan bagaimana seharusnya
§  Konsisten
§  Abaikan rengehan anak.
5.4 Merajuk
Merajuk umumya adalah ungkapan kesedihan anak. Penybabnya antara lain ingin mendapatkan perlakuan istimewa atau merasa diabaikan. Anak beraksi dengan memasang wajah cemberut, terus mengeluh, hingga menitikkan air mata. Anak sengaja membuat dirinya tampak menderita untuk meyakinkan diri bahwa anda akn memperhatikan dia. Anak yang sedang merajuk sebenarnya sedang memojokkan anda agar member perlakuan istimewa.
Cara mengatasi :
§  Tunjukkan apa yang kita rasakan
§  Ajarkan apa yang seharusnya ia lakukan
§  Abaikan jika ia tidak mau melakukan apapun.
5.5 Tidak Sabar
Sabar adalah sesuatu yang harus dipelajari. Tidak ada seorang anakpun yang dilahirkan dengan tingkat kesabaran yang tinggi.
Anak-anak harus bias belajar untuk bersabar. Ia perlu kita ajari seninya menunggu atau menunda sesuatu yang ia inginkan. Seperti :”mama tahu kamu ingin makan kue ini segera. Kalau kamu mau menunggu sampai kue ini matang, rasanya akan lebih enak.” Lebih baik anak-anak belajar untuk menghadapi kenyataan dalam hidup yang seringkali membuat seseorang frustasi,daripada ia tumbuhmenjadi orang yang tidak siap menghadapi kehidupan dalam dunia nyata.
Cara mencegah :
§  Beri contoh
§  Tunjukkan apa yang dapat dilakukannya selama menunggu
Cara mengatasi :
§  Hargai kesabarannya
§  Tetaplah tenang
§  Jangan menolak mentah-mentah.



BAB VI
KEKUATAN DAN KELEMAHAN ISI BUKU
6.1 Kekuatan Isi Buku
            Buku ini sangat bagus sekali, karena bahasanya menarik serta buku ini sangat bermanfaat unuk ibu-ibu yang memiliki anak-anak yang nakal. Buku ini mencoba memberikan solusi terhadap 30 perilaku anak yang menjengkelkan. Perilaku-perilaku yang dibahas umum terjadi misalnya : cemburu pada adiknya, suka membantah orang tua, tidak mau makan, suka mengamuk, tidak mau makan, dan lain-lain.

6.2 Kelemahan Isi Buku
            Buku ini bahasanya terlalu baku sehingga saya membacanya kurang nyaman. Selain itu tulisannya penuh dan gambarnya sedikit, menurut saya itu kurang menarik minat si pembaca.
            Disamping itu halamannya tidak sesuai dengan substansi yang dibahas. Sehingga membuat pembaca bingung dalam dalam mencari halamannya.

6.3 Perbandingan Buku
Saya membandingkan buku ini dengan buku kedua yang dibuat oleh Julisca Gracinia yang berjudul “ Mengasuh Anak Tunggal ”. Buku ini tentu lebih unggul dibandingkan dengan buku keduanya karena buku ini lebih mudah dipahami dari pada buku yang dia buat sebelumnya. Selain itu bahasanya tidak berbelit-belit. Buku ini halamannya lebih banyak dan lebih diperjelas.














                                                       
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
            Buku ini baik dibaca karena buku ini mencoba memberikan solusi terhadap 30 perilaku anak yang menjengkelkan. Perilaku-perilaku yang dibahas umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari misalnya : Susah bangun pagi, malas makan, merusak barang, tidak mau menurut, suka berbohong, cemburu pada adik, tidak mau makan, dan lain-lain.
            Buku ini dapat dijadikan sumber inspirasi bagi para orangtua dalam mengasuh anak.

7.2 Saran
·         Hendaknya diperbanyak gambar agar membacanya tidak jenuh.
·         Diketik semenarik mungkin dan bahasanya jangan terlalu baku.
·         Diberi lembar kosong di belakang untuk menulis saran.
·         Jangan sampai salah mencantumkan halaman karena mebuat pembaca sulit menemukannya.


PENUTUP
“Don’t sweat the small stuff” begitulah saran Richard Carlson, seorang ahli psikologi anak yang juga penulis buku. Mengoreksi setiap hal sampai yang terkecil dapat menurunkan kualitas dan konsistensi kemampuan tua mengajarkan perilaku positif kepada anak. Jika banyak masalah perilaku yang lebih membutuhkan penanganan, dahulukan yang benar-benar mengganggu dan fokuskan perhatian. Lebih baik banyak menghargai kebaikan anak ketimbang banyak mengoreksi. Lebih efektiff memberi informasi dan contoh ketimbang member hukuman.
Kesalahan anak dalam berperilaku adalah suatu proses belajar yang wajar bagi setiap anak. Bias jdi anak sedang mencoba mengungkapkan sesuatu yang mengganggunya, karena keterbatasan kemampuan verbal. Jadi anak hanya bermaksud mengkomunikasikan rasa capek, bosan, lapar, frustasi, bingung, atau terlalu gembira yang dirasakannya. Menggigit dan memukul bukan pertandaanak kita nakal, jahat, atau pemarah. Semua itu akan berubah seiring perkembangannya dengan ‘pengajaran’ yang tepat dari kita.
Ajari mereka. Kuncinya dengan menjadi contoh yang baik, sabar, konsisten dan berkomunikasi yang efektif. Bersabarlah dan respon setiap kemajuan sekecil apapun. Jika kita bersikap tenang, anak akan lebih mudah menerima ‘pesan’ atau ‘pelajaran’ yang diberikan. Juga jangan berharap semuanya akan berubah dalam waktu singkat.

DAFTAR PUSTAKA
ADA APA DENGANMU, SAYANG?
Elex Media Komputindo, PT, 2005.
By Juliska Gracinia.

ANGRY CHILDREN, WORRIED PARENTS
Specialty Press Inc., Florida, 2004.
By Sam Goldstein Ph.D., Robert Brooks, Ph.D., and Sharon K. Weiss, M.Ed.

BELAJAR DI RUMAH
Elex Media Komputindo, PT, 2005.
By Yani mulyani dan Juliska Gracinia.

COMMON SENSE PARENTING OF TODDLERS AND PRESCHOOLERS
Boys Town Press, Nebraska, 2001.
By Briget A. Barnes and Steven M. York, M.H.D.

DISCIPLINE WITHOUT SHOUTING OR SPANKING
Meadowbrook Press, New York, 2002.
By Jerry Wyckoff, Ph.D.and Barbara C. Unell.

1-2-3 MAGIC
Child Management Inc., Illinois, 1995.
By Thomas W. Phelan, Ph.D.

KIAT MENGATASI PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK
Elex Media Komputindo, PT, 2004.
By Drs. Hendra Surya.
                                                                                           
LONELY, SAD AND ANGRY
Specialty Press, Inc.Florida, 2001.
By Barbara D. Ingersoll, Ph.D. and Sam Goldstein, Ph.D.